Oleh Yasmin Aruni
Editor

Kurang lebih terdapat 50 stand dengan produk yang berbeda, mulai dari makanan, minuman, pakaian, software, jasa, dan lain-lain. Para mahasiswa bebas memilih tema untuk produk bisnisnya, namun yang terpenting bisnis tersebut realistis dan dapat dijalankan. Dengan begitu, mahasiswa dapat berinovasi dan berkreasi lebih dalam. Uniknya, rata-rata mahasiswa MBA ITB merupakan Chief Excecutive Officer (CEO) dari produk bisnis yang mereka buat. Untuk produk baru yang belum berjalan sebelumnya, pengerjaan produk bisnis ini rata-rata memakan waktu sebulan dengan modal sendiri. Sedangkan untuk produk yang memang sudah berjalan, modal didapatkan dari investor, bank, ataupun business pitching.
MBA ITB menjadi fasilitator dalam proses pembuatan produk bisnis ini, yaitu dengan memberikan program mentoring dan business pitching. Di sini, para mahasiswa difasilitasi seorang mentor yang berpengalaman dalam bidangnya untuk berbagi dan berdiskusi mengenai produk yang akan mereka buat dan jalankan. Sedangkan business pitching adalah program yang memungkinkan para mahasiswanya untuk mempresentasikan produk bisnis mereka di depan investor. Taufik dan Qika, salah satu peserta pameran, menuturkan bahwa kesulitan terbesar dalam membuat produk bisnis sendiri adalah bagaimana cara mem-branding produk dan membangun paradigma tentang produk tersebut di masyarakat. "Branding tidak harus luxury, tapi branding kita dapat menentukan positioning di market kita itu bagaimana." ujar Qika. Qika pun menambahkan bahwa yang terpenting dalam membuat bisnis adalah mental yang kuat. "Jika bisnis terus dijalani, maka suatu hari pasti akan sukses. Kebanyakan, bisnis yang baru berjalan beberapa bulan sudah ganti produk atau berhenti." tambahnya.
 
Cindy Meilita
ITB Journalist Apprentice 2016

source

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Yuk, sini cerita sama Diba!
1